
Tragedi Balita di Sukabumi: 1 Kg Cacing Keluar dari Tubuh Raya
wongjateng.com – Insiden memilukan datang dari Sukabumi: Raya, balita asal Desa Cianaga, meninggal dunia setelah tubuhnya penuh cacing—yang berhasil dikeluarkan mencapai berat hingga 1 kilogram. Cacing-cacing ini bahkan keluar dari hidung, mulut, dan anus sang bocah. Kejadian ini menyedot simpati publik dan menyorot sistem kesehatan serta kebersihan lingkungan yang belum merata di daerah tersebut.
Menurut bidan desa setempat, Cisri Maryati, parkinson ini sungguh tragis mengingat keluarga sudah mendapatkan bantuan gizi dan obat cacing rutin setiap enam bulan, tapi perawatan ke fasilitas kesehatan tak berjalan karena penolakan orang tua. Kondisi gizi buruk menjadikan tubuh balita rentan terhadap infeksi parah ini.
Sekilas video viral memperlihatkan kondisi tubuh Raya penuh cacing, sementara RSUD Bunut langsung melapor ke pihak desa. Sayangnya kondisi sudah parah saat tiba di rumah sakit dan nyawanya tidak tertolong setelah sembilan hari di ruang PICU.
Fakta Medis Infeksi Cacing Parah yang Mematikan
Menurut dr. Irfan Nugraha dari RSUD R Syamsudin, infeksi cacing gelang (askariasis) pada Raya sudah pada tahap ekstrem. Cacing yang tumbuh di usus dan menyebar ke paru-paru bahkan otak menyebabkan migrasi larva parah—membuka jalur bagi keluarnya cacing dari saluran pernapasan saat kondisi tidak sadar.
Infeksi ini bukan sekadar infeksi ringan. Kehadiran ratusan hingga ribuan cacing dewasa bisa menyebabkan obstruksi usus, anemia, hingga gagal organ. Ini menciptakan gambaran bagaimana infeksi parasit yang tampaknya umum bisa jadi fatal pada anak-anak dengan gizi buruk dan sistem imun lemah.
Lingkungan Kumuh dan Gizi Buruk Jadi Faktor Utama
Raya tinggal di rumah panggung dengan lantai tanah bercampur kotoran ayam—tempat dia bebas bermain tanpa alas kaki. Lingkungan yang seperti ini dikenal sebagai tempat subur parasit, memperbesar risiko infeksi cacing.
Ditambah lagi, kesejahteraan keluarga yang pas‑pasan, kurangnya edukasi tentang pentingnya higiene, serta keterbatasan akses layanan medis—termasuk tak punya dokumen kependudukan untuk akses BPJS—semuanya jadi faktor pemicu laten mengapa infeksi ini terlambat tertangani.
Alarm Serius bagi Sistem Kesehatan — Apa Kata Pakar?
Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur WHO Asia Tenggara, menyebut tragedi ini sebagai alarm serius. Infeksi cacing adalah “musuh lama” yang sering sepele tetapi dapat berujung maut jika tak segera ditangani.
Ia mendukung rekomendasi WHO: pemberian obat cacing rutin, edukasi PHBS, akses air bersih, dan pelayanan kesehatan merata. Ini sangat penting untuk mencegah “bom waktu” kasus serupa
Penutup
Kesimpulan Tragis dan Penegasan Kebutuhan Sistemik
Balita Sukabumi, Raya, akhirnya meregang nyawa akibat infeksi cacing gelang parah yang mencapai 1 kg—keluar melalui hidung, mulut, dan anus. Faktor lingkungan tercemar, gizi buruk, serta akses kesehatan terbatas membentuk rentetan bencana medis ini.
Harapan untuk Preventif dan Perbaikan Sistem Kesehatan
Semoga tragedi ini membuka mata para pemangku kebijakan untuk perbaikan sanitasi dan infrastruktur kesehatan, terutama di daerah 3T. Sistem posyandu dan edukasi PHBS perlu dimaksimalkan, agar anak-anak tak jatuh ke jurang maut hanya karena cacingan yang seharusnya bisa dicegah.