
Mengapa Media Asing Soroti Demonstrasi Besar di RI?
wongjateng.com – Media asing ramai memberitakan demonstrasi yang terjadi di Indonesia beberapa pekan terakhir. The Guardian misalnya menyebut ribuan mahasiswa, pekerja, dan aktivis berkumpul di DPR Jakarta untuk menolak tunjangan super tinggi anggota parlemen—Rp50 juta per bulan, sembilan kali lipat UMP Jakarta—serta menyoroti peran militer dalam kebijakan publik. Aparat balas dengan gas air mata dan water cannon, menambah eskalasi konflik publik dan menyedot perhatian global.
The Australian juga melaporkan soal insiden memilukan: seorang pengantar ojek online tewas setelah ditabrak Brimob di depan Parlemen. Video viral memperlihatkan mobil tmp kemudian tancap gas, memicu kemarahan besar. Seruan dari Amnesty dan serikat pekerja menyebut penanganan polisi terlalu brutal dan menuntut perlindungan hak asasi demonstran.
Reuters dan media lainnya tambah menekan: protes terkait pemotongan anggaran, PHK masif, hingga larangan outsourcing memasang tanda peringatan demokrasi Indonesia sedang terancam. Pemerintah pun diminta lebih bijak dan toleran terhadap ekspresi publik.
Rangkaian Peristiwa yang Dibahas Media Asing
1. Demo Buruh & Tunjangan Tinggi DPR
Pada 28 Agustus, ribuan buruh turun ke jalan menuntut kenaikan upah, penghapusan outsourcing, dan menolak tunjangan besar anggota DPR. Bloomberg menyebut ini gelombang protes buruh kedua di minggu itu—sinyal bahaya bagi stabilitas pemerintahan Prabowo Subianto.
2. Kematian Tragis Ojek Online & Aksi Brutal Polisi
The Australian soroti sebuah demo yang memanas ketika seorang driver ojol tewas setelah terlindas Brimob. Visual kekerasan polisi tersebut menyulut emosi massa dan menjadi sorotan hak asasi manusia.
3. Isu Elitis & Keterlibatan Militer
The Guardian memberi perhatian khusus pada tuntutan massa terhadap “elite korup” dan rencana DPR melibatkan militer dalam ranah sipil seperti pertanian dan farmasi. Konflik ideologis dan penolakan muncul di tengah kecaman internasional.
4. Disinformasi dan Peran Media Sosial
Reuters mengingatkan peran TikTok dan Meta dalam menyebarkan konten provokatif saat demo. Pemerintah memanggil kedua platform untuk tanggap dalam menghadapi disinformasi yang bisa memperkeruh situasi.
Dampak Nasional dan Global dari Protes Ini
Media asing menggambarkan protes Indonesia bukan sekadar lokal—melainkan refleksi mendalam atas tekanan ekonomi, kebijakan kontroversial, dan arah demokrasi RI. Kasus driver ojol yang tewas menjadi simbol nyata perlunya reformasi dalam penegakan hukum, selain tuntutan struktural seperti upah layak dan pelibatan publik dalam kebijakan.
Pemberitaan ini juga memperingatkan investor dan dunia internasional bahwa kestabilan politik Indonesia sedang diuji—protes bisa berdampak serius pada ekonomi, kepercayaan publik, dan citra negara.
Tanggapan Pemerintah dan Harapan Publik
Pemerintah dan DPR, tentu saja, merespons dengan campuran antara defensif dan terbuka. DPR menyampaikan bahwa tunjangan sudah dipertimbangkan matang dengan inflasi Jakarta, sedangkan pemerintah berjanji akan tetap menampung aspirasi melalui dialog, meski dianggap terlambat oleh banyak pihak.
Sementara itu, kelompok pro-demokrasi dan serikat pekerja mendesak agar pemerintah lebih bijak dalam menyusun kebijakan—agar mesin negara tak berjalan kaku tanpa peduli suara rakyat.
Penutup — Apakah Demonstrasi Ini Jadi Titik Balik?
Media asing menyoroti demonstrasi di RI sebagai alarm: demokrasi lokal sedang diuji sekaligus momentum reformasi. Tuntutan mulai dari upah layak, transparansi parlemen, penegakan hukum, hingga kontrol sosial terhadap kebijakan negara jadi panggilan penting untuk perubahan.
Momentum Reformasi Demokrasi dan Keterbukaan
Kalau pemerintah merespons dengan transparan dan konstruktif, demonstrasi ini bisa menjadi peluang reformasi.
Menjaga Ketertiban tanpa Menyumbat Suara Rakyat
Aparat harus belajar menghadapi protes dengan tegas tapi tetap menghormati demokrasi agar kepercayaan publik tak terkikis.