
Dolar AS Merajalela, Mata Uang Asia Terpuruk
wongjateng.com – Pasar keuangan Asia lagi gak bersahabat sama banyak mata uang lokal. Menurut riset terbaru, investor makin skeptis terhadap rupiah, won, yuan, dan peso. Bahkan posisi short terhadap rupiah kembali muncul untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir.
Sentimennya memburuk karena risiko global semakin tinggi. Misalnya ancaman tarif baru dari AS atau ketegangan ekonomi global, bikin investor kabur ke aset aman seperti Dolar AS. Akibatnya, posisi long atas mata uang Asia—terutama yuan dan dolar Taiwan—merosot ke level terendah dalam setahun hingga 19 bulan terakhir.
Rupiah Jadi Korban Terbesar, Yen Malah Rileks
Rupiah lagi jadi yang paling terpukul. Sempat menyentuh level paling lemah sejak krisis Asia 1998 di atas Rp16.640 per dollar AS. Net selling asing juga bikin IHSG turun 14% year-to-date dan pasar modal kehilangan daya tarik.
Sementara itu, yen Jepang justru dipuja jadi safe-haven currency. Di tengah turbulensi global, investor balik lagi ke yen karena dianggap stabil. Ingat, yen malah sempat menguat jadi salah satu mata uang terbaik di Asia.
Apa Dong Penyebabnya? Kenapa Yen Aman Tapi Rupiah Parah?
-
Kebijakan moneter berbeda: Jepang punya suku bunga stabil sambil pertahankan inflasi rendah, sehingga yen tetap lendir padat. Di sisi lain, Indonesia menghadapi defisit fiskal tinggi dan investor khawatir program stimulus besar bisa serap rupiah.
-
Cadangan dan kredibilitas makro: Bank Indonesia berkali-kali intervensi, tapi sentiment global tetap kurang mendukung. Perubahan kebijakan fiskal di negeri ini bikin rupiah dalam tekanan.
-
Jepang sebagai pelabuhan aman: Yen tetap kuat karena Jepang dipercaya sebagai lokasi capital safe-haven. Saat panic terjadi, aset-aset seperti yen, franc, atau euro sering dicari investor.
Penutup
Ringkasan Kahanan Inj
Dolar AS menguat dan menghantam habis sebagian besar mata uang Asia. Rupiah jadi yang paling terpuruk, imbas dari kombinasi fiskal dalam negeri dan kekhawatiran global. Sementara itu, yen buktikan diri masih jadi penyelamat saat badai ekonomi.
Apa yang Perlu Dilakukan
Bank sentral perlu intervensi lebih tegas, kembalikan kepercayaan investor lewat stabilisasi kebijakan. Publik juga bisa berharap kebijakan fiskal lebih hati-hati dan komunikasi ekonomi yang jelas. Dengan begitu, rupiah dan ekonomi Asia bisa pulih dari guncangan ini.