
Rayakan HUT RI ke‑80, Museum Perumusan Naskah Proklamasi Bikin Acara Seru, Lho!
Suasana Seru Lewat Pameran, Tapak Tilas, dan Sosiodrama yang Membekas
wongjateng.com – Museum Perumusan Naskah Proklamasi hadir dengan meriah untuk menyemarakkan HUT RI ke‑80. Ada pameran dan “Tapak Tilas Proklamasi” yang bukan sekadar seremoni, tapi benar-benar merangkul generasi muda untuk ikut meresapi nilai-nilai perjuangan bangsa.
Rangkaian acara diawali dengan lomba-lomba yang mengundang partisipasi masyarakat umum, dilanjutkan dengan pentas seni seperti angklung kreasi dan sosiodrama yang menggambarkan semangat perjuangan bangsa—semuanya jadi cara seru untuk menanamkan nasionalisme tanpa terasa bosan.
Puncaknya, “Pawai Tapak Tilas Proklamasi” mengajak peserta berjalan dari museum ke Tugu Proklamasi, lalu singgah di rumah Bung Hatta untuk orasi yang menyentuh hati—dibawakan oleh Meutia Hatta. Suasana hangat penuh refleksi ini menghidupkan kembali langkah-langkah bersejarah para pendiri bangsa.
Pameran Penuh Cerita: Lukisan, Foto, dan Teknologi yang Bikin Hidup
Museum nggak cuma menghadirkan sejarah lewat cerita, tapi juga visual kuat. Di HUT RI ke‑80, Museum Perumusan Naskah Proklamasi menampilkan lukisan legendaris “Memanah” karya Henk Ngantung yang dibeli Bung Karno—sebuah karya yang menjadi saksi bisu Proklamasi—plus foto-foto ikonik Alex dan Frans Mendur yang memperkuat narasi sejarah visual.
Selain itu, teknologi kontemporer hadir untuk menyegarkan pengalaman museum: contohnya augmented reality (AR) dan aplikasi digital. Pengunjung bisa masuk ke ruang virtual “mesin waktu”, menjelajahi ruang-ruang perumusan, pengetikan, hingga pengesahan naskah proklamasi dengan narasi dan visual yang interaktif.
Mengenal Gedung Bersejarah: Dari Konsulat Inggris ke Cagar Sejarah Proklamasi
Museum Perumusan Naskah Proklamasi punya cerita panjang. Dibangun pada awal 1920‑an oleh arsitek Belanda Johan Frederik Lodewijk Blankenberg, awalnya ini adalah vila bergaya art-deco yang kemudian dipakai berbagai fungsi—dari konsulat Inggris, rumah Laksamana Maeda, hingga perpustakaan nasional sebelum akhirnya ditetapkan sebagai museum pada 1992.
Gedung ini menyimpan ruang-ruang penting seperti ruang perumusan naskah, ruang pengetikan di bawah tangga, hingga ruang pengesahan tempat Soekarno dan Hatta menandatangani naskah. Rekaman teknologi digital di setiap sudut membuat pengunjung seakan merasakan atmosfer detik-detik Proklamasi lahir.
Penutup: Simbol Nasionalisme dan Inovasi Pendidikan Sejarah (H3)
Rayakan HUT RI ke‑80, Museum Perumusan Naskah Proklamasi benar-benar bikin acara seru sekaligus bermakna. Dari pameran penuh narasi visual, sosiodrama yang menggugah, hingga tapak tilas yang menyentuh, semuanya menyatu dalam satu rangkaian pengalaman yang menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Lebih dari sekadar perayaan, acara ini menegaskan bahwa sejarah bisa hidup lewat inovasi: menghadirkan teknologi, seni, dan interaksi sosial untuk memperkuat penghayatan atas perjuangan bangsa. Museum bukan hanya ruang statis—tapi ruang edukatif hidup yang merangkul semua kalangan.
Semoga perayaan kaya makna seperti ini terus berlanjut dan menginspirasi agar generasi mendatang tetap mencintai dan meneruskan semangat proklamasi Indonesia.